Selasa, 12 Januari 2016

ANALISIS ABC PADA PT NOVIRA KARYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Untuk dapat mencapai kualitas produk yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan perusahaan harus mampu hanya menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Untuk mewujudkan perlu suatu filosofi untuk menghilangkan pemborosan. Selain itu, usaha menghasilkan produk yang bermutu hanya dapat dicapai bila proses bermutu dapat dicapai. Perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan penghematan di berbagai bidang hanya dapat dilakukan dalam suatu proses yang berlangsung panjang dan terus menerus dan berkesinambungan.
Metode ABC (Activity Based Costing ) merupakan alternatif lain terhadap metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode tradisional tidak tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja. Menurut konsep ini pembebanan seperti itu tidak adil dan akan dapat memberikan informasi keliru dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi, oleh karena itu ABC menawarkan agar pembebanan overhead ini juga didasarkan pada presentase proporsional kepada biaya lain atau kepada produk. Tetapi kepada kegiatan yang dilaksanakan untuk memproduksi barang itu, yang diperhatikan adalah unsur yang men “drive” biaya itu (cost driver) bukan produknya. Kalau konsep ini diterapkan maka keputusan yang diambil akan lebih tepat dan perusahaan tidak mengalami kerugian hanya karena kesalahan unit cost.
B.     RUMUSAN MASALAH
Dengan demikian berdasarkan latar belakang , maka penulis mengambil pokok permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengelolaan persediaan barang pada perusahaan saat ini ?
2.      Bagaimana pengelompokkan persediaan barang dengan penerapan analisis ABC ?
3.      Bagaimana strategi persediaan barang untuk pangkalan yang ada di PT. NOVIRA KARYA ?
C.    TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas , maka dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.  Mengetahui pengelolaan persediaan barang pada perusahaan.
2.       Mengetahui pengelompokkan persediaan barang dengan analisis ABC.
3.       Mengetahui strategi persediaan barang, dari pangkalan yang potensial dan yang tidak.
D.    MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1.       Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menjadi pembelajaran sesungguhnya dalam perusahaan. Serta kesempatan bisa meneliti , menganalisa , dan menerapkan mata kuliah manajemen akuntansi  dengan kondisi sesungguhnya.
2.       Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT. NOVIRA KARYA dan masukan untuk peneliti berikutnya.
3.       Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini semoga dapat menambah bahan bacaan dan memberi manfaat bagi semua pihak.
E.     METODOLOGI PENELITIAN
1)      Desain Penelitian
Desain Penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan analisis ABC yang merupakan penerapan persediaan dari prinsip pareto, yaitu mengambil suatu masalah kemudian menganalisisnya, penelitian dilakukan pada PT. NOVIRA KARYA.
2)      Obyek dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. NOVIRA KARYA yang menjadi agen LP3 untuk berbagai toko, perusahaan berlokasi di desa Blongsong, Baureno, Bojonegoro.
3)      Jenis dan Sumber Data
a.       Data Primer
Data primer bersumber dari hasil observasi dan wawancara dengan tenaga kerja langsung terlibat dalam pelaksanaan pengendalian persediaan, yaitu :
1)     Persediaan bahan baku tahun 2014.
2)     Produk tahun 2014.
b.       Data Sekunder
Data sekunder bersumber dari informasi perusahaan, yaitu :
1)      Daftar penjualan produk PT. NOVIRA KARYA mulai berlaku tahun 2014.
4)      Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu :
a.       Interview atau wawancara yang merupakan bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi.
b.      Metode Pembahasan Dokumentasi
Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data yang diperoleh dari perusahaan.
c.       Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari buku, artikel lain yang membantu memecahkan masalah yang mendasari penelitian.
5)      Metode Pembahasan
Teknik pembahasan ini berupa :
1)                  Pembahasan Deskriptif
Yaitu teknik dengan membuat deskripsi atau paparan secara sistematis dan akurat yang berkaitan erat dengan persediaan produk di PT. NOVIRA KARYA
2)                  Optimisasi Keputusan
Yaitu teknik untuk melakukan sintesa suatu keputusan optimal dalam bidang manajemen industri.
Menurut Herjanto (1999 : 223) untuk memperoleh pengelompokkan persedian dengan menggunakan analisis ABC, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1)      Menentukan volume tahunan dalam nilai uang (rupiah) volume tahun (dalam unit) x harga per unit.
2)      Susun urutan item persediaan berdasarkan volume tahunan rupiah dari yang terbesar nilainya ke yang terkecil.
3)      Jumlah volume tahunan rupiah secara kumulatif.
4)      Menentukan persentase kumulatif
X         : Volume tahunan dalam nilai uang per unit
∑X      : Jumlah Volume tahunan dalam nilai uang per unit
4)      Klasifikasikan ke dalam kelas A, B, dan C secara berturut-turut masing-masing sebesar lebih kurang 70%, 20%, dan 10% dari atas




BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Pengertian ABC (Activity Based Costing)
        Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. 
Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin Widjaja (1992; 27) adalah :
“Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehinggaABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama.”
Sedangkan menurut Mulyadi (1993:34) memberikan pengertian ABC sebagai berikut :
ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.”
Pengertian ABC Sistem yang lain juga dikemukakan oleh Hansen and Mowen (1999: 321) sebagai berikut:
“Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.”
Pengertian akuntansi aktivitas menurut Brimson (1991: 47) adalah:
“Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan.” 
Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) sebagai berikut:
“Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.” Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi manajemen yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat diterapkan untuk menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya. Biaya produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan perhitungan biaya produk yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan konsep tradisional. ABC baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan memiliki komponen biaya tidak langsung yang signifikan.
           Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
1.      Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
2.      Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
3.      Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
1.      Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi.
2.      Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi.
3.      Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda beda.
         Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
a.       Facility sustaining activity cost - biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci
b.      Product sustaining activity cost - biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk
c.       Bacth activity cost - biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misal biaya setup mesin.
d.      Unit level activity cost - biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

B.     Pembebanan dua tahap dalam ABC 
 Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing
Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (cooper, 1991:269-270).
Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional.
Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
1.      Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.
2.      Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
3.      Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.
Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC
Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC melalui dua tahap kegiatan:
a. Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah:
1.  Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas
2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya  digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.
Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi.
b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch.
c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)
Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk.
d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)
Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya.
3. Mengidentifikasikan Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver.
4. Menentukan tarif/unit Cost Driver
Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driverdapat dihitung dengan rumus sbb:
Tarif per unit Cost Driver = CostDriverfitasJumlahAkti
b. Tahap Kedua
Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakancost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb:
BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
Pengenalan Pembiayaan Berdasarkan Aktifitas (Activity Based Costing System – ABC System)
 Sebagaimana aktifitas manufaktur makin terus diotomasi dan tekanan persaingan internasional makin tinggi, banyak perusahaan manufaktur memperkenalkan sistem pembiayaan produk yang lebih lengkap. Walaupun overhead departmental yang telah dibagi-bagi per departemen memberikan biaya produk yang lebih akurat daripada overhead yang secara keseluruhan, masih dimungkinkan untuk mencapai akurasi yang lebih tinggi dengan memfokuskan kepada banyak aktivitas yang mempengaruhi proses produksi. Dalam sistem pembiayaan berdasarkan aktifitas (ABC system), dua tahap alokasi proses tetap digunakan. Tapi bukannya memasukkan overhead hanya pada department pada tahap 1, overhead tersebut diberikan pada lebih banyak pos yang melambangkan aktifitas dalam proses produksi. Aktifitas ini berbeda-beda dalam tiap perusahaan, tapi dapat dijabarkan sebagai contoh seperti berikut ini: dukungan engineering, penanganan bahan baku, set up mesin, penjadwalan produksi, inspeksi, penerimaan, pengiriman dan pembelian.
Setelah memasukkan biaya pada pos aktifitas di tahap 1, driver biaya dididentifikasikan sesuai pos tersebut. Kemudian pada tahap 2 biaya overhead dialokasikan dari setiap aktifitas  secara proprosional sesuai aktifitas yang dilakukan untuk setiap pekerjaan. Misalnya berapa jumlah inspeksi bisa menjadi angka yang menentukan jumlah overhead dari aktifitas inspeksi pada berbagai pekerjaan produksi. Jika pekerjaan A memerlukan 2 kali inspeksi lebih banyak daripada  daripada pekerjaan B maka jumlah biaya overhead dari inspeksi pun akan menjadi 2 kali lebih banyak.
           Tren saat ini yang menggunakan lingkungan produksi yang sangat otomatis adalah menggunakan angka driver yang tinggi untuk penentuan overhead. ABC system makin banyak digunakan sebagaimana para manajer melihat kepentingan strategis untuk mendapatkan informasi biaya yang akurat. ABC system relatif baru dan sangat penting dalam pembahasan manajemen akuntansi. 



BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1.     Permintaan LPG
Persediaan untuk mencukupi permintaan LPG pada PT NOVIRA KARYA cukup tinggi terlihat dalam data yang diperoleh penulis berikut ini adalah tabel permintaan LPG pada PT NOVIRA KARYA tahun 2014. Jumlah pangkalan yang ada di PT NOVIRA KARYA kurang lebih 14 pangkalan. Penulis mengambil 7 pangkalan saja dengan pertimbangan melihat permintaan paling banyak dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Tabel 3.1
Permintaan LPG tahun 2014
No
Pangkalan
Kebutuhan
Unit/Tahun
Harga
(Rp/Unit)
1
ANANG
31536
12700
2
EDI RIYANTO
21083
12700
3
IMAM SUYUTI
7672
12700
4
KHOIRUL
17990
12700
5
M. ZAENUDIN
32649
12700
6
MOCH. MALIK
5530
12700
7
M. ARIS
4037
12700
Sumber : Data permintaan LPG PT. NOVIRA KARYA
2.      Analisis ABC
Dalam melakukan penelitian mengenai persediaan LPG pada PT. NOVIRA KARYA penulis menggunakan Analisis ABC. Analisis ABC merupakan aplikasi persediaan yang menggunakan prinsip Pareto : the critical few and the trivial many. Idenya untuk memfokuskan pengendalian persediaan kepada item (jenis) persediaan yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai rendah (trivial). Klasifikasi ABC membagi persediaan dalam tiga kelas berdasarkan atas nilai persediaan. Dengan mengetahui kelas-kelas itu, dapat diketahui item persediaan tertentu yang harus mendapatkan perhatian lebih intensif atau serius dibandingkan item yang lain.
Langkah-langkah yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
a.       Volume tahunan dalam nilai uang
Berdasarkan tabel diatas yang berisi mengenai permintaan LPG pada PT. NOVIRA KARYA tahun 2014 dapat diketahui volume tahunan dalam rupiah. Untuk perhitungan volume tahunan dalam nilai uang adalah :
Untuk Pangkalan Anang
Volume tahun (dalam unit ) = 31536 unit/tahun
Biaya per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per unit
31536  unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 400.507.200
Untuk Pangkalan Edi Riyanto
Volume tahun (dalam unit ) = 21083 unit/tahun
Biaya per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per unit
21083  unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 267754100
Untuk Pangkalan Imam Suyuti
Volume tahun (dalam unit ) = 7672 unit/tahun
Biaya per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per unit
7672  unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 97434400
Untuk Pangkalan Khoirul
Volume tahun (dalam unit ) = 17990 unit/tahun
Biaya per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per unit
17990  unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 228473000
Untuk Pangkalan M. Zaenudin
Volume tahun (dalam unit ) = 32649 unit/tahun
Biaya per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per unit
32649  unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 414642300
Untuk Pangkalan Moch. Malik
Volume tahun (dalam unit ) = 5530 unit/tahun
Biaya per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per unit
5530  unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 70231000
Untuk Pangkalan M. Aris
Volume tahun (dalam unit ) = 4037 unit/tahun
Biaya per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per unit
4037 unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 51269900
b.      Persentase volume tahunan dalam nilai uang
Untuk Pangkalan Anang
Volume tahunan dalam nilai uang per unit ( X ) = Rp 400.507.200
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X) = Rp 1530311900
 = = 26,17%
Untuk Pangkalan Edi Riyanto
Volume tahunan dalam nilai uang per unit ( X ) = Rp 267754100
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X) = Rp 1530311900
 = = 17,49%
Untuk Pangkalan Imam Suyuti
Volume tahunan dalam nilai uang per unit ( X ) = Rp 97434400
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X) = Rp 1530311900
 = = 6,36%
Untuk Pangkalan Khoirul
Volume tahunan dalam nilai uang per unit ( X ) = Rp 228473000
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X) = Rp 1530311900
 = = 14,92%
Untuk Pangkalan M. Zenudin
Volume tahunan dalam nilai uang per unit ( X ) = Rp 414642300
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X) = Rp 1530311900
 = = 27,09%
Untuk Pangkalan Moch. Malik
Volume tahunan dalam nilai uang per unit ( X ) = Rp 70231000
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X) = Rp 1530311900
 = = 4,58%
Untuk Pangkalan M. Aris
Volume tahunan dalam nilai uang per unit ( X ) = Rp 51269900
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X) = Rp 1530311900
 = = 3,35%
Tabel 3.2
Hasil Analisis ABC
Pangkalan
Demand
price
Rupiah Volume
Percent of Rp-Vol
Cumulty Rp-Vol
Category
M. ZAENUDIN
32649
12700
414642300
27,09
27,09
A
ANANG
31536
12700
400507200
26,17
53,26
B
EDI RIYANTO
21083
12700
267754100
17,49
70,75
B
KHOIRUL
17990
12700
228473000
14,92
85,67
C
IMAM SUYUTI
7672
12700
97434400
6,36
92,03
C
MOCH. MALIK
5530
12700
70231000
4,58
96,61
C
M. ARIS
4037
12700
51269900
3,35
99,96
C

c.       Berdasarkan perhitungan dalam table 3.2 : Hasil analisis ABC dapat diidentifikasi klasifikasi persediaan sebagai berikut :
1)      Kelas A memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 27,09 % dari total Pangkalan, yang terdiri dari 1 Pangkalan (14,2%) yaitu : Pangkalan Anang
2)      Kelas B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 43,66% dari total Pangkalan, yang terdiri dari 2 Pangkalan (28,57%) yaitu : Pangkalan Anang dan Edi Riyanto
3)      Kelas C memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 29,21% dari total Pangkalan, yang terdiri dari 4 Pangkalan (57,14%) Pangkalan yaitu : Pangkalan Khoirul, Imam Suyuti, Moch Malik dan M. Aris



BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari Analisis data dan pembahasan yang penulis uraikan pada bab III secara garis besar diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.  Manajemen persediaan LPG pada perusahaan.
PT NOVIRA KARYA memperlakukan semua pangkalan sama sehingga PT NOVIRA KARYA tidak menerapkan Analisis ABC untuk kebijakan pengelompokan pangkalan dengan alasan PT NOVIRA KARYA pengendalian persediannya setiap pangkalan selalu ada dalam jumlah besar.
2.       Pengelompokan persediaan menurut Analisis ABC
1)    Kelas A memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 27,09 % dari total Pangkalan, yang terdiri dari 1 Pangkalan (14,2%) yaitu : Pangkalan Anang
2)    Kelas B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 43,66% dari total Pangkalan, yang terdiri dari 2 Pangkalan (28,57%) yaitu : Pangkalan Anang dan Edi Riyanto
3)    Kelas C memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 29,21% dari total Pangkalan, yang terdiri dari 4 Pangkalan (57,14%) Pangkalan yaitu : Pangkalan Khoirul, Imam Suyuti, Moch Malik dan M. Aris
B.     SARAN
Setelah penulis mengadakan perhitungan dan menganalisis masalah yang dihadapi oleh PT NOVIRA KARYA, maka penulis dapat mengajukan saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam kebijaksanaan pengelompokan pangkalan, adapun saran-saran itu adalah :
1.      Hendaknya perusahaan mempertimbangkan penggunaan analisis ABC dalam kebijakan pengelompokan pangkalan yaitu dalam menggunakan analisis ABC perusahaan akan mudah dalam menetapkan kebijakan dan pengendalian untuk setiap kelas yang ada. Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup hal-hal dibawah ini :
1)      Perkembangan sumber daya pembelian yang dikirimkan kepada pemasok harus lebih tinggi untuk pangkalan kelas A dibandingkan pangkalan kelas C.
2)      Pangkalan kelas A, berlainan dengan pangkalan kelas B dan kelas C, harus dikendalikan secara lebih ketat. dan mungkin karena keakuratan catatan pangkalannya harus lebih sering diverifikasi.
3)      Meramalkan pangkalan kelas A mungkin harus lebih berhati-hati daripada meramalkan pangkalan kelas yang lain.
Hal  diatas baik digunakan untuk kebijakan pengelompokan  pangkalan di perusahaan.
2.       Jika perusahaan menggunakan Analisis ABC, bisa dilakukan dengan perhitungan computer. Adapun software yang dapat digunakan untuk membantu perhitungan analisis ABC antara lain Production and Operation Management ( POM for Windows ), Computer Model for Operation Management ( CMOM ), Quantitatif System Bisnis ( QSB ), dan lain sebagainya.



DAFTAR PUSTAKA

Heyzer J, Barry Render. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi, Salemba Empat. Jakarta.


Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya.