BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk dapat mencapai
kualitas produk yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan perusahaan
harus mampu hanya menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
Untuk mewujudkan perlu suatu filosofi untuk menghilangkan pemborosan. Selain
itu, usaha menghasilkan produk yang bermutu hanya dapat dicapai bila proses
bermutu dapat dicapai. Perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan penghematan di
berbagai bidang hanya dapat dilakukan dalam suatu proses yang berlangsung
panjang dan terus menerus dan berkesinambungan.
Metode ABC (Activity Based Costing ) merupakan
alternatif lain terhadap metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead.
Konsep ini muncul karena dianggap metode tradisional tidak tepat dalam
mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan mengandalkan dasar bahan
langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja. Menurut konsep ini
pembebanan seperti itu tidak adil dan akan dapat memberikan informasi keliru
dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi, oleh karena itu ABC menawarkan
agar pembebanan overhead ini juga didasarkan pada presentase proporsional
kepada biaya lain atau kepada produk. Tetapi kepada kegiatan yang dilaksanakan
untuk memproduksi barang itu, yang diperhatikan adalah unsur yang men “drive”
biaya itu (cost driver) bukan produknya. Kalau konsep ini diterapkan maka
keputusan yang diambil akan lebih tepat dan perusahaan tidak mengalami kerugian
hanya karena kesalahan unit cost.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dengan demikian berdasarkan latar belakang , maka
penulis mengambil pokok permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengelolaan persediaan barang
pada perusahaan saat ini ?
2.
Bagaimana pengelompokkan persediaan
barang dengan penerapan analisis ABC ?
3.
Bagaimana strategi persediaan barang
untuk pangkalan yang ada di PT. NOVIRA KARYA ?
C. TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut diatas , maka dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengelolaan persediaan barang pada
perusahaan.
3.
Mengetahui strategi persediaan barang,
dari pangkalan yang potensial dan yang tidak.
D.
MANFAAT
Manfaat yang
diharapkan dapat diambil dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1.
Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menjadi pembelajaran
sesungguhnya dalam perusahaan. Serta kesempatan bisa meneliti , menganalisa ,
dan menerapkan mata kuliah manajemen akuntansi
dengan kondisi sesungguhnya.
2.
Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi PT. NOVIRA KARYA dan masukan untuk peneliti berikutnya.
3.
Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini semoga dapat menambah bahan
bacaan dan memberi manfaat bagi semua pihak.
E.
METODOLOGI PENELITIAN
1)
Desain Penelitian
Desain
Penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan analisis ABC yang
merupakan penerapan persediaan dari prinsip pareto, yaitu mengambil
suatu masalah kemudian menganalisisnya, penelitian dilakukan pada PT. NOVIRA
KARYA.
2)
Obyek dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di
PT. NOVIRA KARYA yang menjadi agen LP3 untuk berbagai toko, perusahaan
berlokasi di desa Blongsong, Baureno, Bojonegoro.
3)
Jenis dan Sumber Data
a.
Data Primer
Data primer bersumber dari hasil observasi dan
wawancara dengan tenaga kerja langsung terlibat dalam pelaksanaan pengendalian
persediaan, yaitu :
1) Persediaan
bahan baku tahun 2014.
2) Produk
tahun 2014.
b.
Data Sekunder
Data sekunder bersumber dari informasi perusahaan,
yaitu :
1)
Daftar penjualan produk PT. NOVIRA KARYA
mulai berlaku tahun 2014.
4)
Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu :
a.
Interview atau
wawancara yang merupakan bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk
memperoleh informasi.
Yaitu suatu metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data yang diperoleh dari
perusahaan.
c.
Studi Pustaka
Yaitu dengan
mempelajari buku, artikel lain yang membantu memecahkan masalah yang mendasari
penelitian.
5)
Metode Pembahasan
Teknik pembahasan ini berupa :
1)
Pembahasan Deskriptif
Yaitu teknik dengan membuat deskripsi atau paparan
secara sistematis dan akurat yang berkaitan erat dengan persediaan produk di PT.
NOVIRA KARYA
2)
Optimisasi Keputusan
Yaitu teknik untuk melakukan sintesa suatu keputusan
optimal dalam bidang manajemen industri.
Menurut Herjanto (1999 : 223) untuk
memperoleh pengelompokkan persedian dengan menggunakan analisis ABC, maka
langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1)
Menentukan volume tahunan dalam nilai
uang (rupiah) volume tahun (dalam unit) x harga per unit.
2)
Susun urutan item persediaan berdasarkan
volume tahunan rupiah dari yang terbesar nilainya ke yang terkecil.
3)
Jumlah volume tahunan rupiah secara
kumulatif.
4)
Menentukan persentase kumulatif
X
: Volume tahunan dalam nilai uang
per unit
∑X
: Jumlah Volume tahunan dalam nilai
uang per unit
4)
Klasifikasikan ke dalam kelas A, B, dan
C secara berturut-turut masing-masing sebesar lebih kurang 70%, 20%, dan 10%
dari atas
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian ABC (Activity Based Costing)
Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep
akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang
lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan
lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga
menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya
serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk,
misalnya pelanggan dan saluran distribusi.
Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin Widjaja (1992;
27) adalah :
“Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya
produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan
biaya dan bagaimana mengelolanya, sehinggaABC System juga dikenal
sebagai sistem manajemen yang pertama.”
Sedangkan menurut Mulyadi (1993:34) memberikan
pengertian ABC sebagai berikut :
“ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang
ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan
manajemen, dengan mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap
aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.”
Pengertian ABC Sistem yang lain juga dikemukakan
oleh Hansen and Mowen (1999: 321) sebagai berikut:
“Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian
ke produk.”
Pengertian akuntansi aktivitas menurut Brimson (1991: 47)
adalah:
“Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap
suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual
terhadap biaya yang direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila
diperlukan.”
Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000:
292) sebagai berikut:
“Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi
biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin
akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.” Activity-Based
Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi
manajemen yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang
dapat diterapkan untuk menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk
merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas tersebut
memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya. Biaya produk
dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke
sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan perhitungan biaya
produk yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan konsep
tradisional. ABC baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi lebih
dari satu jenis produk dan memiliki komponen biaya tidak langsung yang
signifikan.
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi
yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi
dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari
aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan
aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang
bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan
manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya
dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini
didorong oleh:
1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan
untuk cost effective
2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik
dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary
cost.
3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market
driven strategy
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
1. Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan
informasi biaya pada tahap produksi.
2. Alokasi biaya overhead pabrik hanya
didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi.
3. Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk
mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda beda.
Penerapan ABC sistem akan
relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling dominan dan
multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual
produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
a.
Facility
sustaining activity cost - biaya yang berkaitan dengan aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi,
biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci
b.
Product
sustaining activity cost -
biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan
biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya
pengujian produk, biaya desain produk
c.
Bacth
activity cost - biaya
yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misal biaya setup
mesin.
d.
Unit level
activity cost - biaya
yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
B.
Pembebanan dua tahap dalam ABC
Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing
Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan
biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada
akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan
biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk
pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (cooper,
1991:269-270).
Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem
pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional.
Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based
Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan
faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini
menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya
dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.
2. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas
yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas
yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut
dari semua jenis produk.
3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang
variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk
dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead
secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk
semua produk.
Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC
Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedur pembebanan biaya overhead dengan
sistem ABC melalui dua tahap kegiatan:
a. Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas
yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah:
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai
aktifitas
2. Mengklasifikasikan
aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4
kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity
costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity
costing.
Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas
berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai
contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut
cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi.
b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit
yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order
produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch.
c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)
Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya
dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau
dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk.
d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)
Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi
perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan
volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk
yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor,
penyediaan jaringan komputer dan sebagainya.
3. Mengidentifikasikan Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver.
4. Menentukan tarif/unit Cost Driver
Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk
suatu aktivitas. Tarif/unit cost driverdapat dihitung dengan rumus
sbb:
Tarif per unit Cost Driver = CostDriverfitasJumlahAkti
b. Tahap Kedua
Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang
menggunakancost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas
dihitung dengan rumus sbb:
BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
Pengenalan Pembiayaan Berdasarkan Aktifitas (Activity Based Costing System
– ABC System)
Sebagaimana
aktifitas manufaktur makin terus diotomasi dan tekanan persaingan internasional
makin tinggi, banyak perusahaan manufaktur memperkenalkan sistem pembiayaan
produk yang lebih lengkap. Walaupun overhead departmental yang
telah dibagi-bagi per departemen memberikan biaya produk yang lebih akurat
daripada overhead yang secara keseluruhan, masih dimungkinkan
untuk mencapai akurasi yang lebih tinggi dengan memfokuskan kepada banyak
aktivitas yang mempengaruhi proses produksi. Dalam sistem pembiayaan
berdasarkan aktifitas (ABC system), dua tahap alokasi proses tetap digunakan.
Tapi bukannya memasukkan overhead hanya pada department pada
tahap 1, overhead tersebut diberikan pada lebih banyak pos
yang melambangkan aktifitas dalam proses produksi. Aktifitas ini berbeda-beda
dalam tiap perusahaan, tapi dapat dijabarkan sebagai contoh seperti berikut
ini: dukungan engineering, penanganan bahan baku, set up mesin,
penjadwalan produksi, inspeksi, penerimaan, pengiriman dan pembelian.
Setelah memasukkan biaya pada pos aktifitas di tahap 1, driver biaya
dididentifikasikan sesuai pos tersebut. Kemudian pada tahap 2 biaya overhead dialokasikan
dari setiap aktifitas secara proprosional sesuai aktifitas yang dilakukan
untuk setiap pekerjaan. Misalnya berapa jumlah inspeksi bisa menjadi angka yang
menentukan jumlah overhead dari aktifitas inspeksi pada berbagai pekerjaan
produksi. Jika pekerjaan A memerlukan 2 kali inspeksi lebih banyak
daripada daripada pekerjaan B maka jumlah biaya overhead dari inspeksi
pun akan menjadi 2 kali lebih banyak.
Tren saat ini yang menggunakan lingkungan produksi yang sangat otomatis adalah
menggunakan angka driver yang tinggi untuk penentuan overhead.
ABC system makin banyak digunakan sebagaimana para manajer melihat kepentingan
strategis untuk mendapatkan informasi biaya yang akurat. ABC system relatif
baru dan sangat penting dalam pembahasan manajemen akuntansi.
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1.
Permintaan LPG
Persediaan untuk mencukupi permintaan LPG pada PT
NOVIRA KARYA cukup tinggi terlihat dalam data yang diperoleh penulis berikut
ini adalah tabel permintaan LPG pada PT NOVIRA KARYA tahun 2014. Jumlah
pangkalan yang ada di PT NOVIRA KARYA kurang lebih 14 pangkalan. Penulis
mengambil 7 pangkalan saja dengan pertimbangan melihat permintaan paling banyak
dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Tabel
3.1
Permintaan
LPG tahun 2014
No
|
Pangkalan
|
Kebutuhan
Unit/Tahun
|
Harga
(Rp/Unit)
|
1
|
ANANG
|
31536
|
12700
|
2
|
EDI RIYANTO
|
21083
|
12700
|
3
|
IMAM SUYUTI
|
7672
|
12700
|
4
|
KHOIRUL
|
17990
|
12700
|
5
|
M. ZAENUDIN
|
32649
|
12700
|
6
|
MOCH. MALIK
|
5530
|
12700
|
7
|
M. ARIS
|
4037
|
12700
|
Sumber
: Data permintaan LPG PT. NOVIRA KARYA
2. Analisis
ABC
Dalam melakukan
penelitian mengenai persediaan LPG pada PT. NOVIRA KARYA penulis
menggunakan Analisis ABC. Analisis ABC merupakan aplikasi persediaan yang
menggunakan prinsip Pareto : the critical few and the trivial
many. Idenya untuk memfokuskan pengendalian persediaan kepada item
(jenis) persediaan yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai
rendah (trivial). Klasifikasi ABC membagi persediaan dalam tiga kelas
berdasarkan atas nilai persediaan. Dengan mengetahui kelas-kelas itu, dapat
diketahui item persediaan tertentu yang harus mendapatkan perhatian lebih
intensif atau serius dibandingkan item yang lain.
Langkah-langkah
yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
a.
Volume tahunan dalam nilai uang
Berdasarkan tabel diatas yang berisi mengenai
permintaan LPG pada PT. NOVIRA KARYA tahun 2014 dapat diketahui volume
tahunan dalam rupiah. Untuk perhitungan volume tahunan dalam nilai uang adalah
:
Untuk Pangkalan Anang
Volume
tahun (dalam unit ) = 31536 unit/tahun
Biaya
per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per
unit
31536
unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 400.507.200
Untuk Pangkalan Edi Riyanto
Volume
tahun (dalam unit ) = 21083 unit/tahun
Biaya
per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per
unit
21083
unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 267754100
Untuk Pangkalan Imam Suyuti
Volume
tahun (dalam unit ) = 7672 unit/tahun
Biaya
per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per
unit
7672
unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 97434400
Untuk Pangkalan Khoirul
Volume
tahun (dalam unit ) = 17990 unit/tahun
Biaya
per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per
unit
17990
unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 228473000
Untuk Pangkalan M. Zaenudin
Volume
tahun (dalam unit ) = 32649 unit/tahun
Biaya
per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per
unit
32649
unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 414642300
Untuk Pangkalan Moch. Malik
Volume
tahun (dalam unit ) = 5530 unit/tahun
Biaya
per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per
unit
5530
unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 70231000
Untuk Pangkalan M. Aris
Volume
tahun (dalam unit ) = 4037 unit/tahun
Biaya
per unit = Rp 12.700
Maka :
Volume tahun (dalam unit) x biaya per
unit
4037 unit/tahun x Rp 12.700 = Rp 51269900
b.
Persentase volume tahunan dalam nilai
uang
Untuk Pangkalan Anang
Volume tahunan dalam nilai uang per unit ( X ) = Rp 400.507.200
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X)
= Rp 1530311900
= = 26,17%
Untuk Pangkalan
Edi Riyanto
Volume tahunan dalam
nilai uang per unit ( X ) = Rp 267754100
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X)
= Rp 1530311900
= = 17,49%
Untuk Pangkalan
Imam Suyuti
Volume tahunan dalam
nilai uang per unit ( X ) = Rp 97434400
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X)
= Rp 1530311900
= = 6,36%
Untuk Pangkalan
Khoirul
Volume tahunan dalam
nilai uang per unit ( X ) = Rp 228473000
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X)
= Rp 1530311900
= = 14,92%
Untuk Pangkalan
M. Zenudin
Volume tahunan dalam
nilai uang per unit ( X ) = Rp 414642300
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X)
= Rp 1530311900
= = 27,09%
Untuk Pangkalan
Moch. Malik
Volume tahunan dalam
nilai uang per unit ( X ) = Rp 70231000
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X)
= Rp 1530311900
= = 4,58%
Untuk Pangkalan
M. Aris
Volume tahunan dalam
nilai uang per unit ( X ) = Rp 51269900
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit (∑X)
= Rp 1530311900
= = 3,35%
Tabel
3.2
Hasil
Analisis ABC
Pangkalan
|
Demand
|
price
|
Rupiah
Volume
|
Percent
of Rp-Vol
|
Cumulty
Rp-Vol
|
Category
|
M. ZAENUDIN
|
32649
|
12700
|
414642300
|
27,09
|
27,09
|
A
|
ANANG
|
31536
|
12700
|
400507200
|
26,17
|
53,26
|
B
|
EDI RIYANTO
|
21083
|
12700
|
267754100
|
17,49
|
70,75
|
B
|
KHOIRUL
|
17990
|
12700
|
228473000
|
14,92
|
85,67
|
C
|
IMAM SUYUTI
|
7672
|
12700
|
97434400
|
6,36
|
92,03
|
C
|
MOCH. MALIK
|
5530
|
12700
|
70231000
|
4,58
|
96,61
|
C
|
M. ARIS
|
4037
|
12700
|
51269900
|
3,35
|
99,96
|
C
|
c.
Berdasarkan perhitungan dalam table 3.2
: Hasil analisis ABC dapat diidentifikasi klasifikasi persediaan sebagai
berikut :
1)
Kelas A memiliki nilai volume tahunan
rupiah sebesar 27,09 % dari total Pangkalan, yang terdiri dari 1 Pangkalan
(14,2%) yaitu : Pangkalan Anang
2)
Kelas B memiliki nilai volume tahunan
rupiah sebesar 43,66% dari total Pangkalan, yang terdiri dari 2 Pangkalan (28,57%)
yaitu : Pangkalan Anang dan Edi Riyanto
3)
Kelas C memiliki nilai volume tahunan
rupiah sebesar 29,21% dari total Pangkalan, yang terdiri dari 4 Pangkalan (57,14%)
Pangkalan yaitu : Pangkalan Khoirul, Imam Suyuti, Moch Malik dan M. Aris
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari Analisis data dan
pembahasan yang penulis uraikan pada bab III secara garis besar diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Manajemen persediaan LPG pada perusahaan.
PT NOVIRA KARYA
memperlakukan semua pangkalan sama sehingga PT NOVIRA KARYA tidak menerapkan
Analisis ABC untuk kebijakan pengelompokan pangkalan dengan alasan PT NOVIRA
KARYA pengendalian persediannya setiap pangkalan selalu ada dalam jumlah besar.
2.
Pengelompokan persediaan menurut
Analisis ABC
1) Kelas
A memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 27,09 % dari total Pangkalan,
yang terdiri dari 1 Pangkalan (14,2%) yaitu : Pangkalan Anang
2) Kelas
B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 43,66% dari total Pangkalan,
yang terdiri dari 2 Pangkalan (28,57%) yaitu : Pangkalan Anang dan Edi Riyanto
3)
Kelas C memiliki nilai volume tahunan
rupiah sebesar 29,21% dari total Pangkalan, yang terdiri dari 4 Pangkalan
(57,14%) Pangkalan yaitu : Pangkalan Khoirul, Imam Suyuti, Moch Malik dan M.
Aris
B.
SARAN
Setelah penulis
mengadakan perhitungan dan menganalisis masalah yang dihadapi oleh PT NOVIRA
KARYA, maka penulis dapat mengajukan saran yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dalam kebijaksanaan pengelompokan pangkalan, adapun saran-saran
itu adalah :
1.
Hendaknya perusahaan mempertimbangkan
penggunaan analisis ABC dalam kebijakan pengelompokan pangkalan yaitu dalam
menggunakan analisis ABC perusahaan akan mudah dalam menetapkan kebijakan dan
pengendalian untuk setiap kelas yang ada. Kebijakan yang dapat didasarkan pada
analisis ABC mencakup hal-hal dibawah ini :
1)
Perkembangan sumber daya pembelian yang
dikirimkan kepada pemasok harus lebih tinggi untuk pangkalan kelas A
dibandingkan pangkalan kelas C.
2)
Pangkalan kelas A, berlainan dengan
pangkalan kelas B dan kelas C, harus dikendalikan secara lebih ketat. dan mungkin karena keakuratan catatan pangkalannya harus lebih
sering diverifikasi.
3)
Meramalkan pangkalan kelas A mungkin
harus lebih berhati-hati daripada meramalkan pangkalan kelas yang lain.
Hal diatas
baik digunakan untuk kebijakan pengelompokan
pangkalan di perusahaan.
2.
Jika perusahaan menggunakan Analisis
ABC, bisa dilakukan dengan perhitungan computer. Adapun software yang dapat
digunakan untuk membantu perhitungan analisis ABC antara lain Production and
Operation Management ( POM for Windows ), Computer Model for
Operation Management ( CMOM ), Quantitatif System Bisnis ( QSB ),
dan lain sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Heyzer J, Barry Render. 2001. Prinsip-Prinsip
Manajemen Operasi, Salemba Empat. Jakarta.
Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan
dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar